top of page

Genjot Produksi Garam lewat Technopark ( Bahari Technopark Tegal)



BREBES - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun 24 technopark mulai tahun ini hingga 2019. Salah satu yang sudah dibangun adalah Bahari Technopark Tegal yang mengembangkan teknologi untuk peningkatan produktivitas dan kualitas tambak garam di Kabupaten Brebes. Bahari Technopark Tegal berada di kampus Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Tegal dan saat ini telah memiliki beberapa inkubator bisnis di wilayah Kota Tegal, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Tegal. Di Brebes, inkubator bisnis yang dikembangkan adalah inkubator bisnis tambak garam di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes melalui Teknologi Ulir Filter (TUF) dan Geomembran. Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan (Puslat KP) Badan Pengembangan SDM dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan Mulyoto mengatakan, pembangunan technopark berfungsi sebagai pusat penerapan teknologi untuk mendorong perekonomian di kabupaten/- kota sesuai potensi daerah yang dimiliki. “Selain itu, juga sebagai tempat pelatihan, pemagangan, diseminasi teknologi, dan advokasi bisnis ke masyarakat luas,” ujar Mulyoto seusai launhing Bahari Technopark Tegal dan Unjuk Kerja Inkubator Bisnis di Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, kemarin. Menurut Mulyoto, dari 100 technopark yang akan dibangun pemerintah pusat, Kementerian Kelautan dan Perikanan mendapat tanggung jawab untuk membangun 24 technopark mulai tahun ini hingga 2019. “Salah satunya adalah Bahari Technopark Tegal yang mengembangkan inkubator bisnis garam,” ungkapnya. Kepala Bahari Technopark Tegal Hery Edi mengatakan, inkubator bisnis pembuatan garam di Desa Kaliwlingi dikembangkan sejak Juli 2015 dengan menggelar pelatihan pembuatan lahan garam sistem TUF dan Geomembran kepada para petani tambak setempat. “Dengan penggunaan teknologi ulir filter dan geomembran hasilnya produksi garam tinggi dan kualitasnya bagus karena warnanya bersih dan diterima oleh industri,” ucapnya kemarin. Dengan penggunaan TUF dan Geomembran, produktivitas garam mencapai 252 ton hektare per musim. Sedangkan produktivitas garam yang masih menggunakan sistem tradisional hanya berkisar 60 ton per hektare per musim. Adapun keuntungan yang diperoleh dari penerapan teknologi tersebut mencapai Rp 136.760.000 per hektare per musim. “Peningkatan produksi garam mencapai 400% yang membuat petani tambak garam di Desa Kaliwlingi secara spontan ikut menerapkan teknologi ulir filter dan geomembran secara swadaya,” ujar Heri. Setelah TUF dan Geo-membran, Bahari Technopark Tegal ke depan akan terus melakukan penelitian dan pengembangan inkubator bisnis garam yang sudah ada agar bisa semakin meningkatkan kesejahteraan petani tambak garam. Begitu juga dengan inkubator bisnis lain di Desa Lebaksiu, Kabupaten Tegal berupa inkubator bisnis budi daya udang galah dan padi (ugadi) serta inkubator bisnis udang vaname di Kelurahan Panggung, Kota Tegal. ( Firdaus )




Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
Follow Us
  • Facebook Classic
  • Twitter Classic
  • Google Classic
bottom of page