APA ITU TECHNOPARK ?
Pemerintah serius untuk mendorong kemajuan ekonomi wilayah dan nasional melalui pembentukan Technopark yang telah dimulai . Untuk itu, pemerintah kabupaten diminta untuk segera menyiapkan lahan untuk pembangunan Technopark tersebut. Kami siap menjadi mitra bagi Pemerintah Daerah maupun Kementrian dan Badan yang ditunjuk untuk mendukung program tersebut. Technopark merupakan Pusat riset dan Development ( R & D) Training Center, Pusat Science, Pusat Penelitian dan Pengembangan bekerjasama dengan CSR Lokal maupun pemerintah pusat, selain itu juga bisa sebagai wahana rekreasi edukasi untuk pembelajaran sains dan tehnologi. Konten lokal yang ada di Technopark, diadopsi dari kontent lokal yang ada, misal Pertanian, UMKM, perikanan, perkapalan, IT, Energi Terbarukan pengolahan logam dll. Technopark juga bisa merupakan Sentra Inovasi Teknologi dan Bisnis yang lebih spesific dalam pengembangan ekonomi daerah. Bagi Pemerintah daerah yang membutuhkan sharing ataupun pendampingan atas rencana pembangunan Technopark yang dicanangkan pemerintah pusat tersebut dapat menghubungi kami, untuk proses pendampingan legal, site plan, masterplan maupun feasibility studi. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, upaya pemerataan pembangunan mencakup golongan masyarakat dan pemerataan antar wilayah. Pemerataan antar wilayah dilakukan dengan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan khususnya diluar Pulau Jawa, melalui pembangunan Kawasan Industri, pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus, pembangunan kota-kota baru dan seluruh sarana infrastruktur yang diperlukan. Disamping itu diprakarsai pembangunan Science Park dan TechnoPark untuk menumbuhkan perekonomian di suatu daerah. Dengan demikian TechnoPark direncanakan menyebar di seluruh Indonesia dan mencakup seluruh sektor pembangunan ekonomi. Bagi pihak-pihak terkait, kontraktor, Pemerintah daerah, Litbang, Universitas apabila membutuhkan diskusi, pendampingan dalam rangka perencanaan, persiapan, pengembangan ataupun pembangunan Technopark ataupun Science Centre ( di berbagai bidang) dapat menghubungi kami.
Definisi Technopark*
Menurut BPPT ( Panduan Pendirian STP Nasional )
Science & Technology Park selanjutnya disebut STP adalah istilah yang digunakan bagi sebuah sarana berupa kawasan yang disiapkan secara khusus, untuk menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi diantara lembaga litbang, universitas dan industri. STP memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industri-industri, khususnya industri kecil menengah berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off disamping menyediakan layanan bagi industri dalam suatu kawasan yang disiapkan secara khusus. Istilah STP ini memiliki tidak kurang dari 16 sinonim, seperti: business-park, cyber-park, hi-tech park, innovation centre, science and technology center, research park, research and technology parks, science and technology park, technology incubator, technopolis (teknopolitan) dan lain-lain.Yang penting dipahami adalah bahwa STP tidak identik dengan inkubator.Namun inkubator merupakan bagian penting dalam sebuah STP.
Salah satu definisi formal tentang STP dikeluarkan oleh International Association of Science Park (IASP). IASP (2002) mendefinisikan STP sebagai: “sebuah organisasi yang dikelola oleh profesional khusus, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menguatkan peran iptek dalam pembangunan ekonomi dengan mempromosikan budaya inovasi dan daya saing usaha terkait, serta lembaga-lembaga berbasis pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebut STP merangsang dan mengatur arus pengetahuan dan teknologi antar universitas, lembaga R&D, dan industri; memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off; dan menyediakan layanan nilai tambah lainnya melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi”.
Tujuan Technopark
Tujuan dari technopark adalah untuk membuat link yang permanen antara peguruan tinggi (akademisi), pelaku industri / bisnis / finansial, dan pemerintah dan masyarakat. Technopark mencoba menggabungkan ide, inovasi, dan know-how dari dunia akademik dan kemampuan finansial (dan marketing) dari dunia bisnis. Diharapkan penggabungan ini dapat meningkatkan dan mempercepat pengembangan produk serta mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan inovasi ke produk yang dapat dipasarkan, dengan harapan untuk memperoleh economic return yang tinggi.Adanya technopark membuat link yang permanen antara perguruan tinggi dan industri, sehingga terjadi clustering dan critical mass dari peneliti dan perusahaan. Hal ini membuat perusahaan menjadi lebih kuat.
Sejarah Technopark
Technopark dimulai di akhir tahun 1940-an, di Stanford University, California, Amerika Serikat. Sebagai sebuah universitas swasta yang baru mulai tumbuh, Stanford University memiliki kesulitan finansial untuk menarik minat dan menggaji staf (dosen) yang bagus-bagus. Meski memiliki lahan yang luas, pengelola universitas tidak diperkenankan menjual lahan tersebut. Akhirnya diputuskan untuk membuat sebuah “Stanford Research Park”, dimana industri dapat menyewa tempat di lahan Stanford University tersebut. Varian Associates merupakan tenant pertama di Stanford Research Park tersebut. Mulailah tercipta hubungan baik antara industri dan perguruan tinggi.Perusahaan yang tumbuh di daerah seputar Stanford University inilah yang mendorong tumbuhnya Silicon Valley di kemudian hari.Kesuksesan Silicon Valley membuat berbagai tempat di dunia mempelajari cara-cara yang ditempuh oleh Stanford University. Di Indonesia sendiri ada sebuah inisiatif yang disebut Bandung High Tech Valley (BHTV) [1]. Namun inisiatif ini masih pada tahap awal.
Manfaat dari Technopark
Salah satu manfaat utama dari technopark dilihat dari kacamata industri adalah adanya akses ke sumber daya manusia (SDM) di kampus. Industri dapat mengakses ide, inovasi, dan teknologi yang dikembangkan oleh para peneliti di kampus. Mahasiswa (di luar negeri umumnya adalah mahasisa S2, S3, dan post doctoral) merupakan “pasukan semut” peneliti yang sangat penting karena jumlahnya yang banyak dan tidak terlalu mahal honornya. Industri lebih suka dengan pendekatan ini karena mereka tidak perlu merekrut pegawai tetap yang membawa banyak pertimbangan dan masalah (misalnya pengembangan karir, dsb.). Di sisi lain, dosen, peneliti, dan mahasiswa senang dengan adanya technopark di kampus karena mereka dapat langsung berhadapan dengan masalah nyata yang dihadapi oleh industri. Mahasiswa dapat menggunakan pengalamannya ini sebagai referensi ketika dia mencari pekerjaan lain, jika dia tidak tertarik untuk menjadi bagian dari perusahaan yang bersangkutan. Program-program co-op dapat dibuatkan untuk mendukung kegiatan ini.
Industri yang sarat dengan teknologi akan selalu membutuhkan penelitian dan pengembangan (research & development, R&D), sehingga peran perguruan tinggi dan lembaga penelitian pasti sangat diperlukan. Namun kelihatannya perguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia belum dapat menghargai industri sebagai client atau partner untuk jangka panjang. Biasanya hubungan ini masih berupa proyek yang sering berhenti dan tidak berkelanjutan. Dengan kata lain, technopark dapat menjadi penghubung yang permanen antara perguruan tinggi dan industri.
Sebuah penelitian yang kemudian hasilnya ditampilkan di Wired Magazine mengatakan bahwa keberhasilan sebuah daerah atau area dalam mengembangkan teknologi ditentukan oleh empat (4) hal, yaitu
1. Adanya perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian
2. Adanya perusahaan (established companies) dimana fokusnya adalah perusahaan multinasional yang menjadi jangkar di area tersebut
3. Adanya semangat untuk mendirikan perusahaan startup
4. Ketersediaan finansial, misalnya venture capital
5. Supporting Masyarakat sekitar
Majalah wired tersebut kemudian meranking tempat-tempat di dunia berdasarkan kriteria di atas. Jelas bahwa peran perguruan tinggi dan/atau lembaga penelitian sangat esensial. Adanya technopark juga membawa manfaat lain seperti menciptakan terjadinya clustering dan critical mass dari peneliti (yang nantinya diasosiasikan dengan know how). Technopark juga dapat mencegah atau mengurangi brain drain (meskipun ini tidak terlalu menjadi masalah).
Permasalahan Seputar Technopark
Jika memang technopark membawa banyak manfaat dan keuntungan, mengapa kita tidak melihat adanya technopark yang berhasil di Indonesia? Ada beberapa kemungkinan alasan, antara lain:
1. Tidak tahu. Perguruan tinggi dan industri tidak tahu bahwa ada model seperti technopark. Perguruan tinggi masih terfokus pada program untuk menghasilkan SDM saja.
2. Tahu, tapi tidak mau berbuat. Pihak yang terkait tahu bahwa ada pendekatan technopark, akan tetapi tidak mau berbuat sesuatu. Biasanya ini terkait dengan tidak adanya kepemimpinan (lack of leadership) dan komitmen (lack of commitment).
3. Tahu, tapi tidak dapat berbuat. Ini merupakan alasan yang paling banyak digunakan. Ketidak-mampuan finansial, atau alasan-alasan lain sering digunakan untuk mendukung ketidang-mampuan ini. Padahal, technopark di Stanford University muncul karena kesulitan finansial mereka, dan pada waktu itu mereka belum terkenal.
4. Technopark sudah dibangun, akan tetapi belum menghasilkan manfaat seperti yang direncanakan karena belum adanya struktur organisasi pengelolaan technopark, anggaran kegiatan dan nomenklaturnya.
5. Kebanyakan pelaku industri di Indonesia sebetulnya hanya pedagang (traders). Tidak ada yang salah dengan menjadi pedagang. Namun perlu diingat bahwa sifat dan kegiatan yang mereka lakukan berbeda dengan pelaku industri, dimana kita harus berinovasi.
* Budi Rahardjo
Pusat Penelitian & Pengembangan – Industri dan Teknologi Informasi
Institut Teknologi Bandung
2003
Untuk mendapatkan Panduan Lengkap Pendirian Science Park dan Technopark Nasional silakan hubungi kami.
LINK ACADEMY - BUSINESS - GOVERMENT - SOCIETY DALAM TECHNOPARK
Skema peran STP dalam proses inovasi.
(sumber: Raharjo, 2014)
Tingkatan peran unsur-unsur di STP
(sumber: Raharjo, 2014)
Pada intinya, keberadaan ”technopark” ingin mengokokohkan kembali hubungan antara Intitusi. industri dengan dunia pendidikan tinggi. Memang, selama ini relasi itu sudah terbangun melalui berbagai program seperti co-op (Co-operative education), PKL (Praktek kerja lapangan), Kulap (kunjungan lapangan) hingga penelitian bersama.
”Technopark” yang dibangun harus memiliki fasilitas seperti inkubator bisnis, angel capital, seed capital dan venture capital. Stakeholeder yang berperan adalah pemerintah, peneliti (akademis kampus), komunitas bisnis (industri). Mereka bekerjasama untuk mengintegrasikan penggunaan dan pemanfaatan ”technopark” sebagai bangunan komersial, fasilitas riset, conference center dan bahkan sampai ke hotel.
ZONA PRIMER
- Research and Development
- Pelatihan
- Inkubator Bisnis
ZONA SEKUNDER
- Office dan Tenant
- Bisnis Show Case
- Guest House dll
KONTEN TECHNOPARK
Konten Technopark disini merupakan kesatuan atas isi fisik dan tema unit-unit yang ada. Kesesuaian isi dan tema penting karena merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Bahkan suatu Technopark harus betul-betul memberikan kontribusi dan manfaat bagi ekonomi dan pengembangan inovasi di daerah. Unit-Unit yang ada di Technopark bisa di bagi dalam berbagai zona di dalamnya dengan beberapa hal yaitu pelatihan, inkubator bisnis, riset dan bisnis development, ruang publik dan lain lain.
IT dan ELEKTRONIK
Tehnologi informasi dan eletronik berperan penting dalam suatu Technopark tanpa mengesampingkan kapabilitas SDM. Tehnologi informasi dan elektronik merupakan konsekuensi logis dari perkembangan tehnologi sekarang ini. Tehnologi informasi dan elektronik merupakan bagian utama dari beberapa unit yang diperlukan untuk operasional, akuntabilitas, security dan safety. Beberapa peralatan di wahana menggunakan system otomatis dan di kendalikan dari pusat kendali yang terintegrasi.
SYSTEM OPERASI DAN MANAGEMEN
Dalam Technopark management menerapkan asas profesionalitas, dimana prinsip utama adalah “Right Man On The Right Place”. System recruitment, Training, Placement dan operasional yang capable menjamin suatu system operasi yang baik. Perlu diingat dalam suatu Technopark manusia merupakan mesin penggerak utama, baik sebagai inividu, team maupun struktur organisasi. Kemampuan melayani sebagai bagian dari hospitality merupakan kunci suatu pengelolaan Technopark tanpa mengesampingkan unsur-unsur lainnya. Bentuk kelembagaan dari suatu Technopark harus sesuai dengan perundang-undangan dan asas pengelolaan suatu badan usaha.